Jumat, 25 Oktober 2013

DESAIN PADA MASA PERANG DUNIA II

Perang Dunia II berakibat cukup berat pada proses perancangan dan pembuatan produk konsumsi. Negara-negara yang ikut berperang menerapkan pembatasan ketat terhadap penggunaan bahan-bahan yang bernilai strategis, penggunaan tenaga kerja dan pabrik. Inggris adalah negara yang paling ketat mengatur produksi barang-barang konsumsi melalui sebuah lembaga khusus yang menetapkan bentuk/desain alat rumah tangga hingga menentukan siapa pembuatnya dan berapa harganya. Pengaturan penyeragaman ini juga terjadi di Jerman. Hal ini bertujuan agar dana yang dimiliki lebih diprioritaskan untuk kemajuan dan kelancaran produksi barang-barang kebutuhan perang. Sesudah perang dunia kedua berakhir tahun 1940-an hingga 1950-an, kekurangan tenaga kerja serta bahan baku masih melanda negara-negara peserta perang. Barang-barang sisa perang banyak dimanfaatkan untuk produksi barang untuk sipil. Du Pount yang selama perang menciptakan bahan nylon yang kuat untuk bahan parasut, setelah perang difungsikan sebagai Uphol-stery kursi. Kemudian ditemukan pula bahan kimia Polymer/plastik yang kuat dan tidak mudah pecah oleh Earl S. Tupper menghasilkan sarana rumah tangga dari bahan plastik yang terkenal hingga kini. Charles Eames dan Ray Eames mendesain kursi dari bahan campuran fiberglass. Secara garis besar dapat disebut bahwa perang dunia kedua menjadi momentum bagi desain untuk tampil sebagai Profesi yang sangat penting artinya bagi masyarakat modern. Beberapa contoh desain pada masa perang dunia II. Perang Dunia I dan Perang Dunia II, mengakibatkan berbagai macam masalah dalam kehidupan umat manusia, termasuk di dalamnya adalah kehidupan berkesenian dan dunia industri. Dalam dunia industri terjadi perubahan besar dalam membuat karya dan hal ini berhubungan dengan desain. Berkaitan dengan hal ini, maka ada dua materi khusus sebagai pengantar dalam pembahasan berikutnya, yaitu Psikologi Gestal dan Semiotika. Gestalt atau gestaltung adalah kata Jerman yang berarti susunan yang bersifat menyeluruh. Psikologi gestalt dimulai ketika pada tahun 1890 seorang ahli psikologi Jerman Christian Von Ehrenfels menerbitkan sebuah esensi berjudul “on Gestalt Qualities”, dimana ia menyatakan “gestalt lebih besar dari penjumlahan bagian-bagian” dengan kata lain, persepsi kita terhadap suatu objek dipengaruhi oleh susunan obyek-obyek lain disekitarnya (Arief, 1999:78). Sedangkan dalam web http://id.wikipedia.org/wiki/Gestalt dijelaskan pula Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Kemudian ditahun 1910-1912 pendapat Christian Von dikembangkan lebih jauh oleh Max Wertheimer bersama rekan kerjanya Wolfgang Kohler dan juga psikolog lain kurt koffka. Max membahas tentang bagaimana manusia menyerap dan mengelompokkan suatu benda yang berada dilingkungan benda-benda lain dengan kata lain pola persepsi manusia dalam melihat benda dialam memiliki pola-pola tertentu. Kegunaan Teori gestalt banyak dipakai dalam proses desain dan cabang seni rupa lainnya, karena banyak menjelaskan bagaimana persepsi visual bisa terbentuk. Persepsi jenis ini bisa terbentuk karena:
  • Similary (Pengelompokan berdasarkan persamaan)
  • Proximity (pengelompokan berdasarkan jarak atau kedekatan)
  • Continuation (mata akan mengikuti arah suatu garis atau sumbu)
  • Closure (bentuk yang mudah dikenali namuntidak utuh akan dianggab kesatuan utuh)
  • Figure/Ground (persepsi manusia akan berusaha membedakan objek dengan latar
  • Faktor inilah yang menyebabkan kita sering bisa merasakan keteraturan dari pola-pola yang sebenarnya acak. Misalnya saat seseorang melihat awan, dia dengan mudah bisa menemukan bentuk muka seseorang. Hal ini disebut pragnan. Sumber Blog Achmad Yanu

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar